Materi SKI.Dinasti Umayyah
DINASTI UMAYYAH
sejarah Dinasti Umayyah sebagai dinasti pertama dalam sejarah Islam. Disamping itu, selama 90 tahun berdirinya, ekspansi dan wilayah kekuasaan kaum Muslimin meningkat luar biasa cepat hingga ke Afrika Utara dan Eropa. Bagaimanapun, Dinasti Umayyah telah meninggalkan jejak besar bagi berdirinya sistem peradaban Islam selanjutnya.
Memilih Damaskus
Dinasti Umayyah memilih Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Pilihan ini pada awalnya menuai protes dari banyak kalangan kaum Muslimin. Tapi tempat ini dipilih bukan tanpa alasan. Setidaknya ada tiga alasan mengapa Muawiyah memilih Damaskus sebagai ibu kota, yang jaraknya sekitar 650 Mil dari pusat peradaban Islam waktu itu di Madinah.
Pertama, karena alasan prestige dan pengaruh dengan bani Hasyim. Hal ini diungkapkan oleh Eamon Gaeronn dalam bukunya “Turning Point on Middle East History”. Sebagaimana diketahui, sudah sejak lama terjadi persaingan gengsi antara bani Umayyah dengan bani Hasyim – setidaknya bagi bani Umayyah – dan ini berlangsung terus menerus hingga masa Muawiyah. Ketika Rasulullah SAW menaklukkan Makkah, bani Umayyah ketika itu dipimpin oleh Abu Sufyan yang tidak lain ayah dari Muawiyah. Mereka masuk Islam begitu ketika cahaya Islam sudah sangat terang bederang dan tidak mungkin dipadamkan lagi.[3]
Sejak itu, sudah mustahil bagi Muawiyah dan Abu Sufyan untuk mengembalikanprestige bani Umayyah ke posisinya semula, terlebih di tengah-tengah kaum Muslimin yang begitu menjunjung tinggi Nabi mereka. Oleh sebab itu, menancapkan kekuasaan di Makkah dan Madinah bagi mereka sama halnya dengan mendirikan benang basah. Di sisi lain, memimpin di tengah-tengah kaum Muslimin bukanlah perkara mudah. Akan selalu datang kritik dan kecaman bila mereka memimpin tidak di atas garis kebenaran. Dan ini tentu saja tidak akan kondusif bagi Muawiyah yang berniat untuk mendirikan sebuah imperuim Umayyah yang rencananya akan diwariskan secara turun temurun.
Kedua, karena alasan geopolitik dan geostrategis. Damaskus terletak di persimpangan dua peradaban besar, yaitu Persia dan Romawi. Sebelum ditaklukkan oleh Islam, wilayah ini merupakan bagian dari kekuasaan Romawi. Meski sebagaian besar masyarakatnya waktu itu beragama Kristen, namun berbagai infrastruktur negara adidaya sudah terinstall di tempat ini. Dan yang terpenting, masyarakatnya sangat kosmopolitan dan beragam. Dengan takluknya Romawi dan Persia oleh pasukan kaum Muslimin pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Islam langsung mantap posisi politik di kawasan ini. Dan Damaskus adalah wilayah yang paling strategis untuk menjangkar kedua sisa kekuatan adidaya dunia ini. Kelak, setelah pondasi kekuasaan dan legitimasinya rampung dibangun, Muawiyah dengan cekatan mampu mengembangkan areal kekuasannya hingga ke Afrika Utara sampai ke Maroko dan Andalusia di Spanyol.[4]
Ketiga, karena wilayah ini memang sudah sangat dikuasai oleh Muawiyah. Sebelum menjadi Khalifah, Muawiyah adalah gubernur di Damaskus. Dalam rentang waktu tersebut, dia sudah berhasil membangun kekuatan militer dan pondasi dukungan masyarakat terhadap kepemimpinannya. Dengan kekuatan inilah ia berani menantang kekuatan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam perang Shiffin. Disamping itu, tempat ini memang strategis secara ekonomi. Damaskus pada masa itu merupakan kota pelabuhan yang penting.
Komentar
Posting Komentar